Jumat, 23 Agustus 2013

Sejarah tentang swinger

Bicara sejarah, swinger memang bukan fenomena baru. Sejak berabad lalu berbagai literatur telah menggambarkan perilaku saling bertukar pasangan seksual ini. Bahkan kini di Eropa, sedikitnya tercatat seribuan klub swinger yang aktif melakukan aktivitasnya. Untuk Eropa, swinger memang lebih menekankan pada pasangan-pasangan yang menikah dan mencari sensasi baru dalam hubungan fisik. Mereka menginjak usia rata-rata 31 tahun untuk wanita dan 34 tahun untuk pria. Bahkan para pelaku swinger di sana mengaku “ritual” ini berbeda dengan olah seks biasa. Mereka menganggap swinger lebih privat dan dilakukan secara khusus dengan pasangan resminya.



Di benua Afrika proses saling bertukar pasangan juga tercatat eksis. Sementara di Australia, suku Warramunga punya ritual sejenis dengan saling berhubungan seksual dengan istri sesamanya. Kemudian benua Amerika bagian Selatan yaitu Brasil dan Venezuela juga punya hal serupa dalam praktek kehidupan suku-suku pedalamannya.

Di Indonesia fenomena swinger ini kembali hangat saat mencuatnya kasus aliran sekte Satria Piningit Waten Buwono awal tahun 2009 lalu. Sekte ini dipercaya melakukan swinger sesama anggotanya sebagai sarana untuk berkomunikasi dengan tuhannya. Uniknya, masyarakat di pedalaman Papua punya kebiasaan mirip dengan swinger. Yaitu prosesi seorang pria tidur bergantian dengan istri saudara sekandungnya. Sang istri tersebut melakukannya dengan sukarela sebagai bakti terhadap suku dan agama primitif yang dianutnya.

Nah seiring perkembangan teknologi, kebebasan yang menjadi kebabablasan pun menyasar generasi muda, khususnya di kota besar. Perilaku-perilaku primitiF yang dulunya menjadi bagian hidup suku-suku dan masyarakat pedalaman seakan-akan muncul ke permukaan dan digandrungi kaum urban. “Gemerlap dunia hedonis memang rentan menggerogoti mental dan adab anak-anak muda. Terutama yang hidup di kota besar, mereka lebih cepat menerima teknologi dan informasi meski kadang filter kepribadian mereka belum siap,” ujar Sigit JT, seorang pemerhati gaya hidup kaum urban.

Ia menambahkan, “Bicara swinger, sulit mengatakan kalau ini sudah menjadi sebuah gaya hidup sebelum ada penelitian yang valid akan hal itu. Kalau sudah ada bukti misalnya 50 persen anak muda gemar dan aktif di dalamnya, baru ini mengkhawatirkan. Lebih tepatnya kita bisa bilang sebagai fenomena urban, karena memang terjadi dan menimpa masyarakat perkotaan. kemungkinan mereka adalah para pencari sensasi sesaat yang terlibat dalam hubungan fisik jangka pendek. Melihat kecenderungan ini maka bisa saja anak-anak usia muda menjadi pelaku di dalamnya,” tambah pria yang juga mengajar lepas di sebuah kampus di Jakarta Barat ini.

Lalu apa sebenarnya swinger itu? Secara definitf memang kurang lebih artinya adalah melakukan hubungan seks antara pria dan wanita secara bersamaan dengan beberapa pasangan dan kemudian saling menukar pasangan atau partner seksnya dalam grup itu. “Swinger cenderung dilakukan oleh pasangan suami istri atau pasangan kekasih yang ingin merasakan sensasi berbeda dari sebuah perilaku seksual. Swinger tidak dilakukan dengan orang yang sekedar kenal atau baru kenal tetapi dilakukan pasangan yang sudah solid. Kalau yang cuma coba-coba saja dan tidak solid malah akan menimbulkan masalah. Semisal mencurigai pasangan menyertakan perasaan. Padahal swinger hanya mencari hiburan dan mendapatkan sensasi dari sebuah kegiatan seksual,” ujar psikolog Ismed Surachmad.

Meski tidak membatasi usia, umumnya para pelaku swinger party lebih diminati oleh kalangan eksekutif muda. Meski hal itu tidak bisa dipukul rata tetapi para pemainnya biasanya adalah kalangan dengan strata ekonomi mapan. Tujuan yang hendak diraih jelas adalah sebuah petualangan seks yang penuh fantasi dan sensasi. Itu alasan mereka yang konon sempat merasakan nikmatnya pesta ini.

Coba Anda membuka internet dan gunakan mesin pencari dengan kata kunci swinger. Dalam hitungan detik maka akan keluar berbagai link dan situs internet terkait dengan swinger. Jika Anda lebih spesifik lagi menggunakan kata kunci swinger Indonesia, maka tidak sedikit juga link atau grup yang membahas atau mempromosikan berbagai klub yang berkaitan dengan hal tersebut.
Share:

0 komentar:

Posting Komentar